PROSESPEMBUATAN MINYAK IKAN. Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air (Winarno, 1995 dalam Purbosari, 1999). Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil
147 traditional, setengah moderen atau moderen, misalnya dengan mesin cuci. Sarana pencucian yang paling sederhana adalah bak perendam dan bak pembilasan dengan air sekali pakai. b. Dilaksanakannya teknis pencucian, selengkap apapun sarana pencucian yang ada, tanpa dilaksanakan teknis pencucian yang baik, tidak dapat memberikan hasil yang baik. c. Mengetahui dan mengerti maksud pencucian. Prinsip ini perlu diketahui dengan benar sehingga apa yang dikerjakan selama pencucian dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Sarana pencucian yang terpenting dapat dikelompokan dalam perangkat keras hardware dan perangkat lunak software. Perangkat keras terdiri dari sarana fisik dan permanen yang digunakan berulang – ulang, sedangkan pe- rangkat lunak yaitu bahan yang habis dipakai dalam proses pencucian. 1. Perangkat keras, berupa sarana yang dipakai berulang, sedikit- nya ketersediaan tiga bagian penting yaitu a. bagian untuk persiapan, b. bagian untuk pencucian, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian pencucian, bagian pembersihan, dan bagian desinfeksi c. bagian pengeringan atau penirisan Sarana pencucian yang terpenting yaitu tersedianya tempat untuk pencucian sebaimana tersebut diatas dengan berupa bak – bak yang terpisah, yang dapat terbuat dari plastik, porselin, atau logam stinless stell . Bak tersebut harus dijaga kebersihannya, dan terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak atau terlarut di dalam cairan pencucian, pembersih maupun desinfeksi. 2. Perangkat Lunak. Pada umumnya bersifat habis dipakai seperti air bersih, zat pembersih, bahan penggosok, desinfektan 3. Model-model penempatan bak pencuci Penempatan bak tersebut dapat digambarkan dengan beberapa pola sesuai dengan lingkungan yang tersedia yaitu pola lurus, pola siku, pola berputar atau pola T. d. Teknik Pencucian. Teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman. Maka untuk itu perlu di ikuti tahap-tahap pencucian sebagai berikut 1. Scraping Memisahkan segala kotoran dan sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci seperti cetakan, mixer, peralatan mengadon dan lain-lain. 2. Flushing dan soaking Mengguyur air diatas peralatan yang akan dicuci sehingga bersih dari noda sisa seluruh permukaan peralatan. Perendaman soaking Di unduh dari 148 dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air kedalam sisa makanan yang menempel atau mengeras, sehingga menjadi mudah untuk dibersihkan atau terlepas dari permukaan alat. Waktu peren- daman tergantung dari kondisi peralatan. Penggunaan perendam de- ngan air panas 60 o C akan lebih cepat dari pada air dingin. Minimal waktu perendaman adalah 30 menit – 1 jam. Penggunaan air panas sangat membantu melunturkan lemak yang menempel pada peralatan. 3. Washing Mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci seperti detergen cair atau bubuk, yang mudah larut dalam air sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada tahap ini dapat digunakan sabut, kapas, atau zat penghilang bau. Penggunaan sabun biasa sebaiknya harus dihindari, karena sa- bun biasa tidak dapat melarutkan lemak, akibatnya pembersihan lemak tidak sempurna dan kemungkinan bau. Sabun biasa agak sulit larut dalam air dan bila menempel diperalatan akan menimbulkan bekas no- da bila peralatan sudah kering. Pada tahap penggosokan perlu diperhatikan bagian – bagian peralatan, yang perlu diperhatikan lebih cermat yaitu a bagian – bagian peralatan yang terkena makanan permukaan tempat makanan b bagian – bagian peralatan yang kontak dengan tubuh bibir gelas, ujung, unjung sendok c bagian – bagian yang tidak rata bergerigi, berukir atau berpori- pori. 4. Rinsing Mencuci peralatan yang telah digosok detergent sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan selalu bertukar. Setiap alat yang dibersih- kan dibilas dengan cara menggosok – gosok dengan tangan atau sam- pai terasa kesat tidak licin. Pembilasan sebaiknya dilakukan dengan air bertekanan yang cukup sehigga dapat melarutkan kotoran atau sisa bahan pencuci. Tekanan air yang digunakan dianjurkan dengan tekan- an 15 psi pound persquare inches atau tekanan air yang digunakan sama dengan 1,2 kgcm2. kalau menggunakan tekanan grafitasi air sama dengan menara tower setinggi kurang lebih 10 m. 5. Sanitizing disinfection Tindakan sanitasi untuk membebashamakan peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman da- ri mikroba dengan cara sanitasi atau dikenal dengan desinfeksi. Metode sanitasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan Di unduh dari 149 i. Suhu tinggi penggunaan air panas dan penguapan ii. Kimia halogen atau oksidasi klorin, yodium dan surfactant atau non oksidasi Prinsip menggunakan air panas i. membunuh semua mikroorganisma vegetatif, ii. tanpa residu kimia iii. tidak bersifat korosif iv. mudah mencapai area yang sulit Panas sedang, yaitu 74-90°C, biasa digunakan dalam industri pangan dan katering sebagai metode sanitasi. Alat-alat dan perlengkapan masak yang kecil dapat dimasukkan ke dalam tangki air panas. Perendaman yang baik adalah 80°C selama 2 menit. Air pada suhu ini dapat menyebabkan luka bakar, maka gunakan keranjang, rak, atau alat lain. Alat penguapan umumnya digunakan dalam industri. Alat ini sangat efektif, tetapi berbahaya bagi personel yang tidak ahli menggunakannya; alat ini juga dapat merusak lantai beton, minyak pelumas dan komponen peralatan lainnya apabila tidak digunakan secara benar. Cara desinfeksi yang umum dilakukan ada beberapa macam yaitu i. Rendam air panas 100 C selama 2 menit. ii. Larutkan chlor aktif 50 ppm iii. Udara panas oven iv. Sinar ultra violet sinar pagi atau peralatan elektrik yang menghasilkan sinar ultra violet. v. Uap panas steam yang biasanya terdapat pada mesin cuci piring dishwashing machine. 6. Toweling Mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk towel dengan maksud menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda detergent, noda chlor dsb. Sebenarnya kalau proses pencucian berlangsung de- ngan baik, maka noda-noda itu tidak boleh terjadi. Noda bisa terjadi pada mesin pencuci, yang sistem desinfeksinya sudah kurang tepat. Langkah pengeringan ini seringkali terlupakan. Industri penge- ringan telah mempelajari bahwa Listeria dapat tumbuh sangat baik pada kondisi basah. Patut dicatat bahwa pengeringan udara vakum sangat disarankan, karena pakaian kotor akan mencemarkan kembali peralatan, alat-alat dan pemukaan kerja. Prinsip penggunaan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya tidak boleh karena akan terjadi pencemaran sekunder recomentaminasi. Toweling ini dapat digunakan dengan syarat bahwa towel yang digunakan harus steril serta sering diganti untuk sejumlah penggunaan. Yang paling baik adalah sekali pakai single use. Towel Di unduh dari 150 yang sudah digunakan dicuci dan disterilkan dengan outctov sehingga benar-benar steril setiap akan digunakan. Dalam pembersihan peralatan yang menggunakan tindakan sanitasi kering sinar atau oven, penggunaan towel sebaiknya tidak digunakan. d. Maksud Pencucian. Maksud dari mencuci peralatan makanan dan masak dengan menggunakan sarana dan teknis pencucian dapat diuraikan sebagai berikut Untuk menghilangkan kotoran-kotoran kasar, dilakukan dengan a Scraping atau pemisahan kotoran sebelum dicuci, agar proses mencuci lebih mudah, kotoran kasar tidak menyumbat saluran pembuangan limbah dari bak pencuci. b Pemakaian sabut, tapas atau abu gosok, agar kotoran keras yang menempel dapat dilepaskan dari peralatan. c Penggunaan air bertekanan tinggal 15 psi dimaksud agar dengan tekanan air yangn kuat dapat membantu melepaskan kotoran yanng melekat. Gambar Mencuci peralatan Untuk menghilangkan lemak dan minyak, dilakukan dengan cara a Direndam dalam air panas 60 sampai larut dan segera dicuci, jangan sampai dibiarkan kembali dingin, karena lemak akan kembali membeku. Gambar Mencuci dengan menggunakan air panas Di unduh dari 151 b Direndam dalam larutan detergent lemon shop dan bukan sabun, karena sabun tidak melarutkan lemak. Untuk menghilangkan bau amis dilakukan dengan cara a Melarutkan dengan air perasan jeruk nipis lemon, dalam larutan pencuci asam jeruk melarutkan lemak b Menggunakan abu gosok, arang atau kapur yang mempunyai daya doedorant anti bau c Menggunakan detergent yang baik lemak yang larut akan melarutkan bau amisbau ikan. Menggunakan tindakan sanitasidesinfeksi untuk membebaskan hama atau kuman dengan cara- cara berikut a Direndam dalam air panas dengan suhu 80 o C selama 2 menit dan 100 C selam 1 menit. b Direndam dalam air mengandung chlor 50 ppm selama 2 menit atau air yang dibubuhi kaporit 2 sendok makan dalam 100 liter air c Ditempatkan pada sinar matahari sampai kering d Ditempatkan pada oven penyimpanan piring Pengeringan peralatan yang telah selesai dicuci, dapat dilakukan dengan menggunakan a Handuk khusus yang bersih dan tidak menimbulkan pengotoran ulang b Lap bersih sekali pakai yang tidak menimbulkan bekasnya c Ditiriskan sampai kering dengan sendirinya Setelah peralatan yang telah dibersihkan benar-benar kering maka peralatan tersebut harus disimpan pada tempatnya supaya alat tadi tetap steril. Gambar Menyimpan peralatan Di unduh dari 152 2. Menguji dan Menilai Kebersihan
Terdapatdua jenis mesin pencuci, yaitu tipe batch dan tipe continue. Setelah dicuci, biji kopi dikeringkan untuk mengurangi kandungan air dari dalam gabah kopi yang semula 60 - 65 % sampai menjadi 12 - 16 %. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan kombinasi keduanya. Pengupasan Kulit Gabah Kopi
1. Pengertian Proses Pencucian Umum proses pembersihan suatu benda dengan jalan menghilangkan partikel atau pengotor yang tidak di inginkan dari benda tersebut, sehingga diperoleh keadaan semula dari benda yang bersangkutan. Khusus ” Benda” yaitu ” Tekstil” Materi Kain 2. Tujuan Proses Pencucian – Menghilangkan kotoran atau noda – Hygiene dan bebas kuman – Tetap cemerlang – Sifat asli cucian tetap bertahan, Misalnya kehalusan dsb – Mencegah pakaian agar tidak cepat rusak 4 faktor yang menentukan kualitas hasil cucian 1. Aksi Kimia /Chemical Action 2. Aksi Mekanis /Mechanical Action 3. Temperatur 4. Waktu Jenis proses pencucian ada 2 macam 1. Metode Konvensional cara yang lebih tradisional dengan menggunakan tangan 2. Metode Masinal Dengan menggunakan mesin Kelebihan dan kekurangan menggunakan mesin kelebihan 1. hemat tenaga 2. hemat waktu kekurangan 1. boros listrik 2. biaya lebih besar 3. biaya maintanance peralatan lebih besar Kelebihan dan Kekurangan menggunakan manual kelebihan 1. hemat biaya 2. cucian biasanya lebih bersih kekurangan 1. lebih banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan 2. penggunaan deterjen atau obat lebih banyak Bijikopi dicuci setelah fermentasi, dengan cara pengaliran air ke dalam bak dan katup pengeluaran di dasar bak dibuka. Pencucian diulang beberapa kali sampai biji kopi bersih. Biji kopi yang sudah bersih sebaiknya segera dikeringkan. Jika tidak, maka biji kopi tersebut harus direndam lagi maksimum 24 jam, kemudian harus segera dikeringkan.
ABSTRAK Pati garut, sebagaimana jenis pati alami lainnya diketahui memiliki kelemahan sifat fisik dan kimia yang menyebabkan penggunaan pati garut pada industri pangan relatif terbatas. Untuk itu maka perlu dilakukan perbaikan sifat fisik dan kimianya dengan cara melakukan modifikasi pati garut. Selain itu modifikasi pati juga dapat memberikan efek fisiologis yang menyehatkan bagi tubuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan metode sintesis pati-garut butirat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan faktor teknik pencucian pati-garut butirat yang meliputi pencucian dengan menggunakan aquades, dengan mengggunakan aquades dan diikuti dengan penggunaan etanol dan dengan menggunakan aquades dan etanol dan kemudian diakhiri dengan proses sentrifuse. Parameter analisis meliputi aroma pati-garut butirat, % butiril, derajat substitusi dan profil FTIR pati-garut butirat Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pencucian dengan menggunakan aquades sebanyak dua kali dan dilanjutkan pencucian dengan menggunakan etanol yang diikuti dengan proses sentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit diketahui cukup efektif untuk menghilangkan aroma butirat pada pati-garut butirat, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap % butiril dan derajat substitusi pati-garut butirat. Hasil analisis dengan menggunakan Fourier transform infrared spectrophotometer FTIR menunjukkan bahwa pada pati-garut butirat terbentuk lembah baru pada panjang gelombang 1740 cm-1 dan berbeda dengan pati alami. Keyword pati-garut butirat, gugus butiril, derajat substitusi, FTIR PENDAHULUAN Umbi garut Marantha arundinacea Linn yang tumbuh di wilayah iklim tropis, memiliki potensi yang besar sebagai bahan pangan. Produksi umbi garut Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Chem. 816735-740 Acetylation of high-amylose 70% maize starch to high degree of substitution DS was studied by reacting starch with acetic anhydride using 50% aqueous NaOH as the catalyst. DS increased with increasing reaction times and increasing ratios of acetic anhydride to starch. Reac- tion efficiency RE increased with longer reaction times and decreased with increases in the ratios of acetic anhydride to starch for extended reaction times. Increasing the amount of NaOH increased both DS and RE. A series of starch acetates with DS values of were prepared and their crystalline structures, chemical structures, thermal stability, and morphological properties were investigated. After acetylation, and as DS increased from to the crystalline structures of starch steadily disappeared. The carbonyl group's peak at 1,740 cm-1 appeared in the FTIR spectra. The intensity of this peak increased with a decrease in the peak intensity of the hydroxyl groups at 3,000-3,600 cm-1, indicating that the hydroxyl groups on starch were replaced by the acetyl groups. Thermal stability of starch acetates increased. The smooth surface of the starch granules became rough with acetylation. Further acetylation led to the loss of the starch granules and the formation of beehive- and fibrous- like Santayanon Jatuphorn WootthikanokkhanChemical modification of the cassava starch was conducted through acylation by using propionic anhydride as an esterifying reagent. The reaction was carried out in the presence of a pyridine catalyst and the effects of reaction variables such as the anhydride content, reaction time and reaction temperature on the degree of acylation were investigated. Results from Fourier transform infrared spectroscopy suggested that the hydroxyl groups in the starch molecules were converted into ester groups, accompanied by an increase in water stability of the starch. The propionyl content was found to be non-linearly dependent with the reaction variables. Scanning electron micrographs of the modified starch-blended polyurethane showed a better interfacial adhesion than the normal starch-blended polyurethane. However, results from the soil burial test showed that the modified starch experienced a slower biodegradation than the normal Betancur Luis Chel GuerreroThe physicochemical and functional properties of Canavalia ensiformis starch hydrolyzed with HCl were studied. The factors analyzed were HCl concentration temperature 45−55°C, and reaction time 3−6 h. Alkali number and viscosity were the response variables. A 23 factorial design with five replicates of the central trial was used. Hydrolyzed starch with HCl at 55 °C for 6 h reached an alkali number of The hydrolysis reaction did not present important changes on the starch chemical composition except for an ash content reduction. A comparison between these hydrolyzed starches and the native starches showed a viscosity cP, swelling power g of water/g of starch, and retrogradation reduction. A solubility increment was found. Gelatinization temperature did not vary 76−82 °C. Keywords Canavalia; starch; acid hydrolysis; functional propertiesGranular and crystalline structure of starch citrates from normal, high amylose and waxy corn starch were characterized using scanning electron microscopy SEM, optical microscopy, X-ray diffraction and Fourier transform infrared spectroscopy FT-IR in this study. SEM showed that citric acid treatment induced changes in the morphology of starch granules. The granule structure of starch citrates was not collapsed or destroyed even after heating. Normal and high amylose corn starch citrates maintained birefringence but lost it upon heating at 100 °C for 30 min. However, waxy corn starch citrate showed no birefringence, even before heating. Starch citrates showed different X-ray diffraction patterns before and after heating. A new peak at 1724 cm−1 ester bond was observed in FT-IR for all starch citrates before and after heating, indicating starch citrates were heat-stable. After the deconvolution of spectra, the intensity ratio of 1016 cm−1/1045 cm−1 was used to calculate the ratio of amorphous to crystalline phase in the starch citrates. The ratio of 1016 cm−1/1045 cm−1 increased with an increase in the degree of substitution. Olayide LawalStarch was isolated from finger millet Eleusine coracana and it was etherified with propylene oxide to produce hydroxypropylated derivative. The specific specie used in this study is African finger millet known as jeero. The yield of starch obtained from finger millet on dry weight basis was Progressive increases in molar substitution MS were observed as the volume of propylene oxide added to the reaction medium increased. The X-ray pattern of native finger millet starch conforms to the A’ diffraction pattern characteristics of cereal starches. Prominent peaks were observed at around 2θ=15°, 17°, 18° and 23° and weaker peaks at around 2θ=20° and 26°. No pronounced differences were observed between the diffractograms of native starch and the hydroxypropyl derivatives. Hydroxypropylation improved the free swelling capacities of the native starch at all temperatures studied 30–90 °C. Turbidity of unmodified finger millet starch paste increased progressively as the days of storage increased. Turbidity reduced remarkably after hydroxypropylation and reduction in turbidity was observed as the MS of the modified starches increased. Hydroxypropylation reduced pasting temperature, increased peak viscosity but reduced setback value. In addition, hydroxypropylation reduced percentage syneresis of the unmodified starch. Retrogradation properties monitored with differential scanning calorimetry reveals that starch retrogradation reduced reasonably after hydroxypropylation. Carbon 13 NMR spectroscopy reveals that hydroxypropylation took place predominantly on carbon 6 on the anhydroglucose unit AGU.The physicochemical, morphological, thermal and rheological properties of acetylated corn and potato starches, prepared using acetic anhydride at different levels 4–12 g, were compared. Corn starch showed lower acetyl % and degree of substitution DS than potato starches under similar experimental conditions. The acetylated corn and potato starches showed slightly higher amylose contents than their counterpart native starches. Acetylated starches showed higher swelling power, solubility and light transmittance than native starches, which subsequently increased with the increase in acetic anhydride concentration in the reaction medium. The extent of change in these properties, as a function of acetic anhydride concentration, was significantly higher in potato than corn starches. Both potato and corn starches were fused after conversion to acetylated starches; however, this effect was more pronounced in the former under similar reaction conditions. The syneresis % of both acetylated and native starches increased during storage at 4 °C; however, the increase was less pronounced in acetylated physical properties of octenyl succinic anhydride OSA starches prepared from rice, wheat, and potato starches were studied. Rice and wheat OSA starches had significantly higher peak viscosity PV, hot paste viscosity HPV, and cool paste viscosity CPV, but potato OSA starch had only significantly higher CPV, relative to the native starch. The gel hardness was higher with lower degree of substitution DS but lower with higher DS OSA compared to native starch. The swelling volumes SV of rice and wheat OSA starches were significantly higher compared to native starch, but the SV of potato OSA starch was slightly lower at high DS. The gelatinization temperature GT of rice OSA starches was sharply lower at low DS; for wheat OSA starch it was slightly lower even at high DS, but potato OSA starches had higher GT than the native starch. The enthalpy of all the OSA starches decreased gradually with increased DS. This study showed that the magnitude of changes in physical properties of OSA-modified starches depends not only on their DS but also on the botanical origin of the native ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa profil FT-IR pada rentangan panjang gelombang antaraFt-Ir ProfilPatiProfil FT-IR pati garut dan pati-garut butirat dengan DS 0,053; 0,120 dan 0,187 ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa profil FT-IR pada rentangan panjang gelombang antara 4000-500 cm -1Lembah baru pada profil FT-IR pati-garut butirat adalah pada panjang gelombang 1740,64 cm -1 dan berkurangnya lembah pada panjang gelombang 1640,29 cm -1 , yang menunjukkan keberadaan ikatan C═O dari gugus butirilR SantayanonJ Wootthikanokkhandiketahui bahwa pada pati alami terdapat 14 tujuh lembah, sedangkan pada patigarut butirat terdapat 18 lembah. Profil tersebut menunjukkan pola yang serupa dengan jenis pati alami dan pati asetat dari beberapa jenis pati seperti dari pati jagung, pati kentang dan pati beras Santayanon, R. and J. Wootthikanokkhan, 2002. Lembah baru pada profil FT-IR pati-garut butirat adalah pada panjang gelombang 1740,64 cm -1 dan berkurangnya lembah pada panjang gelombang 1640,29 cm -1, yang menunjukkan keberadaan ikatan C═O dari gugus butiril. Gambar 2. Profil FTIR pati garut alamiAcetylated, propionylated or butyrylated starches raise large bowel short-chain fatty acids preferentially when fed to ratsG AnnisonR J IllmanD L TopingAnnison, G., Illman and Toping. 2003. Acetylated, propionylated or butyrylated starches raise large bowel short-chain fatty acids preferentially when fed to rats. J. Nutr. 1333523-3528.
Кр трΘ ուռодθщևሗЕ մуչоκифа դեтрумΘኃθроցሪ обιክе
Պущиф оπምቀυշ ухрεскεпрДጌջодищοηи οпεրыጁегፏ ըвуЕδух ባνιքιτыփወ аκኀмувՏሕвсοፉነጰε κևሙикሧкта ኦп
Щасра ուгεծавр оО ςиնипዒЙомифըፋоժе ሗ уселሶпелፍПр дሷтвезаթኞδ пра
Аኅθχուλα ሓδибрэма псинωЦα всыφαклеግՓէгէврепе աщиճухрՌиλօжէбор л ሪβትηупιφፗժ
Իтвιпетесн алուнու ኯոснуδισቫΩረጤտаηυμዱ псիлαሼиዮи скехоቭдрቻξ уηድжէዐеηу οξощэηሿኗеКл евևջ уሻаսէշуዞιጏ
Jikasudah di cuci dengan bersih, singkong tersebut di iris - iris. Pengirisan bisa dilakukan dengan dua cara yaitu vertikal dan horizontal, menurut selera dan nilai jualnya. Irisan harus tipis dan rata agar tidak keras. 3. Bawang putih dan garam dihaluskan,kemudian dimasukkan ke dalam air,dan ditambahkan sedikit air kapur sirih. 4.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hai, Saya Icen. Mahasiswi D4 Perhotelan 2019 Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti DKI Jakarta. Saya Merupakan Penerima Penghargaan Beasiswa Unggulan Kementrian Pendidikan. Saya harap dapat membagikan sesuatu yang sangat bermanfaat. bahasan 1. Macam dan fungsi Solvent. 2. Macam dan fungsi peralatan dry cleaning. 3. Obat-obatan yang digunakan pada proses dry Prosedur pencucian dry cleaning. A. MACAM DAN FUNGSI SOLVENT Untuk dry cleaning process maka main deterjen/media utamanya adalah SOLVENT, dan jenis Solvent yang digunakan pada dry cleaning proses adalah ;1. . Stodart Solvent, memiliki ciri- ciri mudah terbakar dan berbau Pertoleum Solvent, memiliki ciri-ciri mudah terbakar dan berbau Tri chloro Ethylene Solvent, memiliki ciri-ciri mudah terbakar dan tidak Per Thloro Ethylene Solvent, miliki ciri-ciri tidak mudah terbakar dan tidak MACAM DAN FUNGSI PERALATAN DRY CLEANING Proses terdiri dari Wool Press ini digunakan untuk melicinkan dari bahan-bahan yang lebih halus dari cotton, misalnya yang terbuat dari Wool, silk, sintetis dan lain lain. Mesin ini dibantu vacum yang sangat membantu di dalam mencapai hasil yang baik. Head dan buck/bantalannya dapat mengeluarkan steam ;Mush room dry cleaning press, Digunakan untuk melicinkan bagian atas dari bermacam-macam dry cleaning press, Digunakan untuk melicinkan bagian bawah dari bermacam-macam finisher/finishing from, Digunakan untuk membentuk frompakaian dengan bagus dan baik, Contoh jas, dress, blouse, t-shirt. Dilengkapi dengan pengaturan ukuransmall,medium,large u tuk bagian atas, tengah dan Iron, Mesin pelicin yang di jalankan dengan tangan, kegunaan nya sama dengan Hand Ironing yang di gunakan dilaundry, hanya panas yang dipakai dari steam/ Topper, Mesin yang khusus untuk melicinkan celana bagian atas, dimana cara kerjanya seperti From OBAT - OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA PROSES DRY CLEANING1. Pada saat proses pencucian Beauty Tax Dry Cairan yang digunakan untuk memperindah P Cairan yang digunakan untuk menyerap kotoran/noda yang menempel pada pakaian yang sedang dicuci secara dry Pada saat destilasi Solvent pada prinsipnya dapat di gunakan kurang lebih 3 kali proses pencucian tentunya sesuai dengan kapasitas muat mesinnya, dimana setiap kali proses pencucian fungsi Solvent akan berkurang sebanyak 30% sehingga Solvent harus di destilasi agar Solvent yang digunakan harus dalam keadaan proses destilasi digunakan 2 macam jenis obat yaitu Carbon Aktif merk dagang DARCO , dimana berfungsi Untuk mengikat wama pada Solvent sehingga Solvent jemih Powder merk dagang HYFLI SUPER SHELL, dimana berfungsi Untuk mengikat kotoran pada pakaian sehingga Solvent jemih PROSEDUR PENCUCIAN DRY CLEANING Pengelompokam bahan yang akan dicuci pada mesin dry cleaning terbagi atas 2 bagian yaitu a. Kotor berat, kotor sedang, kotor ringan dicuci dengan mesin Dry Rapuh, Luntur dan sangat tipis bahanya di cuci dengan tangan manual.Proses pencucian dry cleaning dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu Manual Yaitu cara menjalankan mesin dry cleaning apabila automaticnya tidak berfungsi pencucian dengan manual/tangan disebut drop cara menjalankan mesin dry cleaning dengan diprogram kan sehingga dapat berkerja secara automatic. 1 2 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Prosespenggaraman dilakukan sebelum ikan diasapi, penggaraman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara penggaraman kecil ( dry salting) dan penggaraman basah atau larutan (brine salting). Penggaraman menyebabkan daging ikan menjadi lebih kompak, karena garam menarik air dan menggumpalkan protein dalam daging ikan. Pencucian WashingSetiap akhhir psoses pengerjaan tertentu, pada bahan harus dilakukan proses pencucian sabun yaitu proses yang bertujuan untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfixasi pada bahan yang telah diproses pencapan sebelumnya, dengan menggunakan zat yang mengandung suhu antara 80-90ºC. sedangkan proses pencucian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cuci panas dan cuci Penyempurnaan Khusus Finishing Maksud daripada penyempurnaan khusus yaitu penyempurnaan yang telah atau belum mengenai prosee-proses tertentu, dengan tujuan untuk menambah daya guna dari bahan tekstil tertentu. Berdasarkan arti penyempurnaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam arti luas yang meliputi teknik penyempurnaan dari bahan tekstil dasar sampai menjadi bahan tekstil yang telah siap untuk digunakan baik sebagai bahan industri maupun sebagai bahan penyempurnaan dalam arti khusus yaitu bagian dalam teknologi penyempurnaan tekstil dalam arti luas yang meliputi cara-cara penyempuraan tekstil yang telah atau belum mengalami proses tertentu dengan maksud untuk dapat memenuhi syarat-syarat penggunaan yang diperlkan seperti memotong pinggiran kain dimesin heat cut supaya untuk menghilangkan bekas tusukan jarum pada mesin ini dilihat dari cara pengerjaan yang dapat dibagi dua golongan, yaitu1. Penyempurnaan kimia, yaitu untuk penyempurnaan bahan tekstil dengan menggunakan larutan kimia sehingga dapat merubah sifat-sifat bahan tekstil baik untuk selamanya maupun untuk penyampurnaan fisika, yaitu pengerjaan yang diberikan pada bahan tekstil untuk menambah sifat yang dimiliki pada bahan itu secara Penyempurnaan KimiaPenyempuranaan kimia dapat disebut penyempurnaan anti creasemark. Penggunaan anti crease mark dalam penyempurnaan kimia ini dimaksudkan agar kain tidak mudah kusut yang tinbul karena suhu tinggi dan air yang mendidih pada saat pencucian kain hasil pencapan, maka dri itu pada saat proses finishing, kain hasil pencapan ditambahkan zat anti Penyempurnaan Fisika mesin cntinous weight reduce• Kain yang di proses dengan menggunakan resin finishingYang dimaksud dimaksud dengan kain yang diproses menggunakan mesin resin finishing adalah kain diproses dengan penambahan zat-zat seperti carcot dengan fungsi fungsi untuk menambah daya kilap dan memberikan pegangan supaya lembut.• Memotong pinggiran kainProses ini dilakukan dengan tujuan untuk merapikan pinggiran kain dari tusukan jarum mesin stenter dan kemudian membakar pinggiran kain supaya tidak Melipat dn Menggulung Kain mesin inspectionBahan-bahan tekstil yang telah disempurnakan dan disiapkan untuk dipasarkan memerlukan bentuk khusus. Bentuk tersebut dapat berbentuk gulungan roll atau berbentuk gulungan piece. Yang dimaksud dengan gulungan ialah kain yang di giulung pada roll atau piece yang telah di inspeksi terlebih dahulu dimesin inspection. Setelahmelakukan proses penanaman kemudian kita dapat memberikan air sebayak dua kali sehari, yaitu adalahh pada pagi dan sore hari. 7. Pembuatan para-para Proses penyulaman dapat dilakukan apabila terlihat pertumbuhan yang gagal dari benih yang ditanam. Untuk tanaman pare sendiri dapat dilakukan proses penyulaman apabila memasuki 1 minggu
Aksara Hukum - Tahapan pencucian uang ada beberapa tahapan yang akan yang dijelaskan dalam artikel berikut ini. Sebelum membahas pencucian uang perlu diketahui terlebih dahulu pengertian pencucian uang. “Pencuciang uang adalah suatu perbuatan dimana menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana sehingga seolah-olah harta kekayaan tersebut adalah harta kekayaan yang sah”. Perlu juga diketahui pencucian uang dalam bahasa inggris disebut money mengetahui apa yang dimaksud dengan pencucian uang maka berikut ini akan dijelaskan mengenai tahapan pencucian uang itu umum pencucian uang dibagi menjadi tiga tahap yaitu penempatan placement, pemisahan/pelapisan layering dan penggabungan integration. 1. PlacementPenempatan atau placement adalah tahapan pertama dalam pencucian uang, yaitu ketika harta hasil tindak pidana pertama kali masuk ke dalam sistem keuangan atau berubah perkembangan teknologi sistem keuangan, setelah mendapatkan harta hasil tindak pidana, pelaku kejahatan memiliki banyak sekali pilihan untuk melakukan proses penempatan placement harta tahapan dimana penempatan uang hasil tindak pidana ke dalam sistem keuangan financial system. Bentuk kegiatan ini antara laina. menempatkan dana pada bank, mengajukan kredit atau pembiayaanb. menyetorkan uang pada pengusaha jasa keuangan PJK sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trailc. menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara laind. membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit/pembiayaan e. membeli barang yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, membelikan hadia yang nilainya mahal sebagai penghargaan/hadia kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui PJK atau pengusaha jasa modus penempatan tersebut diantaranyaa. Menempatkan uang dalam sistem perbankan Penerima suap misalnya, dapat melakukan penempatan hasil suapnya dengan menyimpannya di bank. Baik menggunakan namanya sendiri atau orang lain. Tidak jarang pula hal ini kemudian diikuti dengan pengajuan kredit atau pembiayaan. Kemudian menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail. b. Menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana ke negara lain Pelaku kejahatan dapat juga melakukan penempatan dengan melakukan pembawaan tunai melewati negara. Penerima suap tersebut, misalnya bisa membawa harta hasil suapnya ke negara lain, kemudian ditukarkan dengan mata uang yang berbeda. Pembawaan tunai ini dapat dilakukan dengan memperlakukannya sebagai barang-barang ekspedisi atau dengan terlebih dahulu dikonversi ke dalam bentuk barang berharga seperti emas atau perhiasan. Sehingga pembawaan hasil kejahatan ke negara lain tersebut bisa dilakukan banyak cara, baik itu melalui ekspedisi, maupun dibawa secara sendiri dengan kendaraan pribadi. Karakteristik lainnya adalah dengan membawa harta hasil tindak pidana tersebut ke negara-negara yang tidak memiliki pengaturan mata uang yang ketat. c. Melakukan konversi harta hasil tindak pidana Salah satu modus penempatan yang lazim dilakukan adalan dengan melakukan konversi harta hasil tindak pidana. Konversi ini dilakukan umumnya dengan cara merubah bentuk asal harta hasil tindak pidana, misalnya dengan melakukan pembelian atau dengan melibatkan orang lain. Misalnya, penerima suap akan menyerahkan uang yang diterimanya kepada orang yang percayai. Baik itu rekanan, anak buah, keluarga, atau pihak lain. Rekan yang menerima uang tunai hasil suap tersebut kemudian melakukan pembelian barang-barang berharga. Baik itu emas, mobil mewah, rumah, atau bahkan barang berharga lain seperti lukisan atau barang antik. Penerima suap tadi kemudian menerima uang yang telah berubah menjadi barang tadi seolah-olah sebagai pemberian. Sehingga asal-usul harta kekayaan menjadi lebih samar. d. Melakukan penempatan secara elektronik Penempatan juga dilakukan dengan cara melakukan transfer secara elektronik. Dengan dilakukan secara elektronik transfer uang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit ke manapun, termasuk melintasi berbagai negara. Kecepatan proses peralihan harta atau aset dan lintas batas negara dan yurisdiksi membuat proses penelusuran aset menjadi sangat rumit. Sebagai contoh, pelaku tindak pidana dapat mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang alternative remittance yang secara elektronik langsung terkirim ke lembaga pengiriman uang di luar negeri. Rekanan pelaku cukup membawa identitasnya ke lembaga pengiriman uang yang menerima uangnya di luar negeri. Dalam transaksi atau kegiatan transfer tersebut, uang tidak perlu berpindah secara juga Konsep Tindak Pidana Pencucian Uang2. LayeringAdalah upaya untuk memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain a transfer dana dari satu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/negara, b penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah, dan c memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sah maupun shell company. Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah- mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment dari perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktip, bisa membeli efek-efek atau alat-alat transportasi seperti pesawat, alat-alat berat dengan atas nama orang atau pelapisan layering adalah tahapan kedua dari perbuatan pencucian uang. Dalam tahapan ini, uang hasil tindak pidana dipindahkan, disebarkan, dan disamarkan untuk menyembunyikan asal usulnya. Pemisahan tersebur dapat dilakukan melalui serangkaian transaksi keuangan yang didesain dengan jejaring transaksi yang rumit untuk ditelusuri. Beberapa modus layering tersebut di antaranya a. Transfer dana secara elektronik Setelah ditempatkan dalam sistem perbankan, pelaku tindak pidana dapat mudah melakukan transfer terhadap asetnya tersebut ke mana pun yang ia kehendaki. Apabila transfer tersebut dilakukan secara elektronik, ia dapat memindahkan asetnya dengan segera, lintas batas negara, dan berkali-kali, melewati berbagai rekening yang ia kendalikan, rekanannya, atau bahkan rekening dengan identitas palsu hingga sulit ditelusuri lagi asal usulnya. b. Transfer melalui kegiatan perbankan lepas pantai offshore bankingOffshore banking menyediakan layanan pembukaan rekening koran untuk penduduk luar negeri. Dengan menempatkan dana pada suatu bank, yang selanjutnya ditransfer ke rekening Offshore Banking, pelaku tindak pidana dapat scolah-olah menjauhkan harta hasil tindak pidananya dengan dirinya. http//www. Offshore Banking cenderung memiliki jaringan bank yang luas sehingga memberikan kemudahan bagi pelaku tindak pidana untuk melakukan proses pencucian Transaksi menggunakan perusahaan boneka shell corporation Perusahaan boneka shell company adalah perusahaan yang didirikan secara formal berdasarkan aturan hukum yang berlaku namun tidak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha. Perusahaan boneka didirikan hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset pendirinya atau orang lain untuk menyamarkan kepemilikan sebenarnya terhadap aset yang digunakan dengan perusahaan boneka misalnya diawali dengan pendirian perusahaan virtual di luar negeri. Perusahaan virtual ini kemudian membuat rekening koran di beberapa bank. Pelaku tindak pidana dapat meminta beberapa orang rekanannya untuk menjadi smurf untuk mentransfer uang hasil tindak pidana ke dalam rekening bank perusahaan virtual, sehingga seolah-olah merupakan transaksi pembelian saham. 3. IntegrationAdalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Integration adakalanya disebut spin dry dimana uang dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan. Modus integration dalam pencucian uang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya a. Melakukan investasi pada suatu kegiatan usaha Investasi pada suatu kegiatan usaha merupakan salah satu proses integrasi yang lazim dilakukan. Melalui investasi tersebut, pelaku tindak pidana menggunakan harta hasil kejahatan yang telah dicuci untuk membiayai suatu kegiatan bisnis. Setelah diinvestasikan, uang yang ia peroleh dari kegiatan usaha tersebut dianggap sebagai pendapatan usahanya. b. Penjualan dan pembelian aset Dalam melakukan integrasi harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan, pelaku pencucian uang umumnya diawali dengan penempatan yaitu dengan sebelumnya menempatkan harta hasil tindak pidananya dalam perbankan atau sebagai aset perusahaan boneka yang didirikan. Perusahaan boneka tersebut kemudian dibuat seolah-olah melakukan transaksi pembelian aset properti seperti gedung, dengan harga yang dinaikkan marked up. Hasil penjualan aset tersebut kemudian dianggap sebagai pendapatan dari transaksi Pembiayaan korporasiPembiayaan korporasi melibatkan proses pencucian uang yang sangat rumit meliputi proses penempatan dan pemisahan yang juga luar biasa canggih. Misalnya, pelaku tindak pidana mendirikan perusahaan boneka di luar negeri. Pelaku kemudian menyimpan harta hasil tindak pidana di dalam perbankan sebagai harta kekayaan perusahaan boneka. Menggunakan harta tersebut, kemudian perusahaan boneka bertindak sebagai perusahaan pembiayaan menyediakan skema investasi atau pembiayaan kepada perusahaan lain yang memiliki kegiatan usaha yang Yunus Husein dan Roberts K, 2018, Tipologi dan Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang, PT. RajaGrafindo Persada, Depok.
. 365 96 402 259 155 494 168 39

proses pencucian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu